Sabtu, 05 Oktober 2013

Analisa logis dari Analisa video Kubah terbang di desa kailolo menggunakan tali

Kubah terbang di desa Kailolo Maluku, 2003

Berita yang mungkin sudah lama dan sudah basi…., banyak pendapat yang menganalisa bahwa kubah itu menggunakan tali, penulis mencoba mencari artikel mengenai pembahasan ini ,tapi semuanya mengatakan pendapat yang sama, menggunakan tali. bahkan semua analisanya hampir sama alias Copy paste. Berukut link-nya:

Berikut video beserta analisanya :


Atau silahkan search analisa video yang lainnya.


“ mungkin semua penganalisa tersebut lebih baik mencoba untuk menganalisa secara logis hal-hal lain yang lebih bersifat mistik, seperti bambu gila dari Ambon, atraksi Reog Ponorogo atau atraksi Debus, hal-hal tersebut justru lebih banyak videonya kan…..?”

Ada salah satu artikel dari Negara tetangga, yang menurut saya analisanya lebih detail (walaupun gak detail sih…..) dengan membuat foto panoramicnya, berikut linknya
Kita lihat dahulu secara seksama bagaimana kubah itu bergerak berdasarkan foto panoramic dari link : superimposemalaya.blogspot.com tersebut.
                                                                                          Click to enlarge

salut buat orang yang membuat foto panorama dari kumpulan frame video tersebut yang bisa dibilang mendekati gambar suasana sebenarnya.

Berikut beberapa posisi/spot yang menurut para penganalisanya menunjukkan bahwa terdapat tali.
Click to enlarge

Bila Menggunakan tali penulis mempunyai beberapa pertanyaan
  • Tali apakah yang digunakan?
  • Seberapakah tebalkah tali tersebut?, sampai terlalu sulit untuk di lihat, sedangkan  kabel listrik di bawah kubah  masih dapat dilihat. (perhatikan videonya)
  • Bila berat kubah hanya sekitar berat 1 atau 2 orang, mengapa kubah tersebut harus di tarik dari jarak yang jauh (±50m)?, Terkesan repot dan ribet, dengan cara sederhana di tarik dari bawah kan lebih mudah..
  • Tali tersebut ditarik dengan tenaga mesin atau menggunakan alat seperti penggulung dengan tenaga analog/manusia, atau hanya dengan katrol biasa?
  • Untuk mengangkat kubah dengan posisi seperti itu, tentunya menggunakan katrol, dimanakah posisi katrolnya? Apakah pada bagian kubah atau di atas menara?
  • Bila katrolnya pada bagian kubah, mengapa tidak terlihat katrol dan konstruksi penyangganya? Mengapa harus ditutupi kain putih..?
  • Bila katrolnya di atas menara, mengapa terlihat posisi ujung tali yang digambarkan hanya menggantung pada tiang kecil tanpa ada konstruksi penyangganya
  • Tali tersebut di analisa dengan posisi menegang, lurus tanpa ada lengkungan akibat beban (lihat gambar),
  • seperti apakah Konstruksi yang harus dibuat untuk mengencangkan tali tersebut pada kedua ujungnya? 
  • Mengapa hanya untuk mengangkat kubah seringan itu harus menggunakan tenaga, cara dan perhitungan yang rumit bahkan mungkin biayanya yang besar?
  • Namun bila hanya menggunakan tenaga manusia, mengapa kubah tersebut berjalan dengan arah yang konstan tanpa ada jeda dan tanpa ada ayunan ke atas atau kebawah.
  • Mengapa hanya untuk menaikkan sebuah kubah, sampai begitu banyak orang yang menyaksikannya?

 Menurut penulis Kubah tersebut tidak menggunakan Tali.
untuk menjelaskannya, kita butuh penjelasan yang logis, tapi untuk mendapatkan penjelasan yang logis, kita juga butuh analisa yang logis.
Bukan Cuma sekedar mengatakan ada tali dan menunjukkan beberapak titik bahwa pada area itu ada tali…..!

Biarkan penulis menganalisanya
  Berikut analisa dari gambar panoramic milik superimposemalaya.blogspot.com tersebut :
Click to enlarge


Keterangan :
-          Garis merah adalah batas dari dua frame yang berbeda,
-        Garis biru adalah batas tinggi kepala orang yang sama  dari dua frame yang berbeda, terlihat bahwa tinggi orang tersebut berbeda antara frame yang satu dengan yang lainnya (penulis melihat bahwa beberapa frame di perbesar). Dan bila kedua frame tersebut benar-benar di satukan, posisi orang tersebut seharus bertumpuk, tidak terpisah.
-      Penulis melihat frame tiap gambar tersebut dibuat tanpa ada distorsi sama sekali, padahal bila pembuatnya mengerti bahwa bila beberapa gambar di ambil dari posisi yang sama dengan sudut pengambilan yang berbeda, akan terjadi distorsi (istilah dalam fotografi).
-          Garis kuning adalah alur kubah tersebut diurutkan berdasarkan posisi kubah tiap frame, apakah terlihat lurus………..…..?
-     Panah Hijau :  lihat pada bagian videonya, terlihat bebeapa orang bergerak , sebagian terlihat seperti melompat2 tepat di bawah kubah mengikuti arah bergeraknya kubah, logikanya saja bila kubah sedang ditarik tak ada satu orangpun yang ingin berada di bawah kubah tersebut karena takut tertimpa kubah bila terjadi kesalahan kan?


Link dari superimposemalaya.blogspot.com tersebut juga berargumen bahwa mengapa Cuma ada satu rekaman…?
Hey….., kejadiannya tahun 2003, yang punya HP kamera jaman segitu masih jarang……..!
Saya kasih contoh video di internet yang hanya mempunyai satu rekaman saja, tentang wanita india yang terbakar karena membakar jilbab, apakah itu rekayasa juga?, videonya klick disini :

Penulis mencoba membuat  penggambaran ulang foto panorama yang lebih detail
Click to enlarge


Penulis menyusun gambar tersebut satu demi satu mulai dari frame awal video sampai gambar terakhirnya dengan terlebih dahulu mencocokkan posisi antara frame.
 Kalau diperhatikan penyusunan framenya terlihat semakin mengarah ke mesjid semakin miring!
Mengapa? Hal itu terjadi karena adanya distorsi (silahkan tanya pakar fotografi), dimana pengambilan sudut awal video semakin kearah mesjid semakin mengarah ke atas.
Dari gambar diatas penulis mencoba untuk mereduce distorsinya.
Click to enlarge


Sekarang penulis mencoba  menyusun ulang gambar tersebut dengan terlebih dahulu mereduse distorsi dari tiap gambar dan menyusunnya
Click to enlarge


Garis Merah dari tiap panoramic di atas adalah arah kubah bergerak! Apakah lurus….? Walaupun distorsinya sudah di reduce…..
bahkan bila terjadi distorsi seperti itu arah kubahnya harus melengkung kebawah. 

Jadi apakah kubah itu benar-benar menggunakan tali…….? (pikirkan lagi…….!)

“Okelah….Kita abaikan saja analisa dari gambar panoramic  yang saya buat dan tetap beranggapan bahwa memang menggunakan tali “
yang jadi masalahnya tali seperti apa yang di pakai.
Click to enlarge

kita mulai analisa dari beberapa pendapat satu persatu :
dari bentuk kubah, asumsi beban kubah kurang lebih 100-300kg.
  1.  Menggunakan tali biasa
Karena diameter tali ini sangat kecil, jadi sangat sulit dilihat pada video posisi tali tersebut, Bila metode ini yang dipakai, kemungkinan besar menggunakan katrol di atas menara, dan ditarik oleh tenaga manusia,tapi…..:
  • Apakah mampu tali berdiameter < 2cm tersebut dibuat lurus/menegang dengan bentangan yang panjang sekitar 50m?
  •  Jawabannya mampu……! Tapi apakah tali tersebut tetap mampu menegang bila diberi beban yang dipastikan lebih berat dari beban/massa tali itu sendiri..?
  • Sederhananya……! Silahkan dipraktekkan dengan membuat bentangan tali sepanjang 20m saja, lalu anda duduk diatasnya (berat manusia normal manusia dewasa sekitar 50-80 kg), apakah tali tersebut akan tetap menegang…? Saya yakin tidak……, bahkan mungkin akan putus…….!
  • Tali tersebut akan mengalami gaya tekan dari beban kubah sehinggga terjadi penurunan (lendutan), hal ini terjadi karena beban kubah lebih berat dari tali itu sendiri. Berikut penggambarannya : 

  • Sehingga posisi kubah berpindah akan membentuk kurva seperti contoh di bawah ini: 

  • Masalah lain kubah tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan yang konstan, bila kubah tersebut hanya ditarik oleh manusia, pasti akan terjadi ayunan ke atas dan kebawah, serta terjadi jeda pergerakan.
  • Bila memang beban kubah sekitar 100kg-300kg, kan lebih gambang menggunakan kantrol sederhana yang ditarik dari bawah menara. Sangat simple dan sederhana bukan…..! tidak perlu harus disaksikan banyak orang……  Contoh penerapannya pada gambar dibawa ini. :


  • Sangat simple dan sederhana bukan…..! tidak perlu harus disaksikan banyak orang……
  • penulis pernah kerja di bidang konstruksi tower BTS, mekanisme pengangkatan perangkat tower yang beban beratnya lebih dari kubah tersebut bahkan dengan dimensi lebih besar, tapi tetap saja menggunakan cara yang sederhana seperti diatas.
  • Jadi dengan berat sekitar 100kg-300kg, kayaknya tidak perlu repot-repot mengangkatnya dari jarak yang jauhkan, dari bawah menara saja sudah bisa.

    Think Again........ 

    2.   Menggunakan tali Tambang
  • Analisa ini sebenarnya hampir  sama penerapannya dengan tali biasa, hanya beda diameter saja.
  • Diametenya kurang lebih 3-5 cm, seharusnya terlihat sangat jelaskan….?, kabel listrikpun yang diameternya kurang lebih 1-2cm aja kelihatan…..!
  • untuk membuat tali tersebut menegang bukanlah hal tidak mungkin, tapi apakah konstruksi menara tersebut sanggup menahan gaya tarik yang sangat besar, bisa-bisa menaranya rubuh.
  • Bila memang dianalisa menggunakan tali dengan posisi bentangan tali yang Lurus / menegang, tanpa ada lengkungan, maka harus menggunakan tenaga yang besar pula. (lihat gambar pada penerapan tali tambang di kapal.s,untuk menegangkan tali tambang saja butuh beban seberat kapal dan di tahan dengan pondasi yang kokoh kan)
    3.   Menggunakan tali Baja
  • untuk analisa ini mungkin yang paling masuk akal, tali baja di ikat pada tiap ujungnya dan di kencangkan, sehingga tali baja tersebut dapat membentuk garis lurus. Hal ini dapat di lihat pada penerapan flying fox atau kereta gantung. 
  • Tali baja adalah tali yang sangat mungkin di bentangkan dengan posisi lurus dengan kemungkinan kecil terjadi lendutan (walaupun dalam case ini talinya tidak terlihat lurus….)
  • Analisa saya :
-    Niat amat ya……! Hanya untuk menaikkan sebuah kubah kecil dengan berat 100kg-300kg, pengurus mesjidnya harus menggunakan Tali baja yang terlebih dahulu harus memperhitungkan kekuatan pada ujung dari kedua tali baja tersebut lalu mengencangkannya dengan  memasang konstruksi besi penyangga di atas menara dan podasi yang kokoh di bawah pada ujung tali baja tersebut, bahkan mungkin menggunakan mesin untuk menaikkannya….! Ck..ck..ck…!
-    para pengurus mesjidnya mungkin harus menyewa orang yang ahli untuk itu,  yang  mungkin seluruh biayanya lebih mahal dari kubah itu sendiri.

Kesimpulan
  • Kubah tersebut  tidak diangkat menggunakan tali atau pun tali baja, dari analisa gambar panoramic sudah terbukti, dan dari sisi teknisnya pun terlihat tidak masuk akal kan.
  • Kalau mau dilihat seksama memang tidak ada tali kok….! Kubahnya aja dibungkus kain putih
  • Penulis tidak berusaha untuk mengajak pembaca percaya bahwa kubah itu terbang, hanya mencoba
  • menganalisanya dengan lebih intelek (mungkin itu bahasa yang pas…..)bahwa memang tidak ada tali disitu…….!
  • Mengenai kubah itu terbang, wallahualam….! Penulispun tidak sepenuhnya berpendapat demikian, beberapa hal mungkin lebih baik dibiarkan tak terjelaskan.
  • Pendapat penulis bahwa hal tersebut mungkin saja di pengaruhi oleh hal2 yang berbau magic / mistis, di Indonesia hal mistis banyak sekali terjadi bahkan di kaitkan dengan agama.
  •  Hal mistis tersebut ada yang terlihat modern ada yang tradisional,  bersifat baik dan  juga yang buruk kan……..!
  • Mungkin sebaiknya anda menganalisa bagaimana Chris Angel bisa berjalan di dinding, atau david coperfield yang bisa melayang dan menembus tembok china, atau si Deddy corbuzer yang berjalan di air, atau dari adat istiadat sebuah daerah seperti atraksi bambu gila dari ambon, atraksi debus,reog ponorogo, mayat berjalan dari toraja, paku dan jarum yang berada dalam tubuh manusia dan masih banyak lagi.
 Bisakah anda menganalisanya secara logis…..? berikan saja satu contoh…..

Pesan penulis….! Kalo memang ada yang tetap berpendapat bahwa kubah itu tersebut tidak terbang, tolong beri penjelasan denga analisa yang lebih logis, yang punya dasar dan intelek ya……!
(bukan asal nunjuk-nunjuk aja bahwa memang menggunakan tali)

Kadang beberapa hal mungkin lebih baik dibiarkan tak terjelaskan

Kamis, 22 Agustus 2013

Begini seharusnya Goku (How to make a real Dragonball movie)


Dragon Ball adalah salah satu Manga Paling populer di Dunia. Manga Karya Akira Toriyama ini di ciptakan tahun 1984 dan sudah di adaptasi ke berbagai media, Baik itu dalam bentuk Komik, Serial Animasi,Video Game,  Film Animasi maupun Film “Live-Action”

Untuk adaptasi  manga Dragon ball dalam bentuk  Seri televisi, film animasi maupun Video Game bukanlah hal yang Sulit, karena masih menggunakan materi yang sama, yaitu media gambar/animasi.

Tapi bagaimana bila Manga Dragon Ball diadaptasi dalam bentuk Manusia (Live Action)?



Tercatat, sudah ada 3 Film (live action) adaptasi Manga Dragonball.
  • Dragon Ball: Fight Son Goku, Win Son Goku (Deuraegon Bol, Ssawora Son Goku, Igyeora Son Goku) Film Korea rilisan tahun 1990 .
  •  Dragon Ball: The Magic Begins / (Xīn qī lóng zhū Shén lóng de chuán shuō), Film China Rilisan tahun 1991.
  • Dragon Ball: Evolution, Film Hollywood Rilisan tahun 2009.
Tapi Sayangnya seluruhnya Hancur Total, tidak sesuai ekspektasi penggemarnya.
Mungkin untuk Film Adaptasi Korea dan China tersebut bukanlah film yang buruk untuk ukuran film pada masa itu (era sebelum tahun 2000). karena pada masa tersebut. Kerealistisan sebuah film baik dari segi cerita maupun Visualisasi bukanlah hal yang penting, apalagi untuk genre film Komedi.

tapi untuk film Dragon Ball: Evolution (2009), it’s a Really...Really Really Bad Dragonball Movie ever made.
Mengingat pada masa tersebut, tampilan film yang realistis dari segi Cerita dan/atau Visualisasi sangatlah penting, seperti Film Transformers (2007) yang mempunyai Visualisasi yang sangat nyata,  ataupun Film The Dark Knight (2008) dengan cerita yang begitu serius dan natural.Bahkan Film Spiderman(2002) dan X-men (2002) sudah memulainnya 5 tahun sebelum Dragon Ball: Evolution.

Alasan Utama film Dragon Ball: Evolution menjadi film gagal adalah karena Budget film yang hanya 50juta Dolar amrik, sehingga filmnya dibuat seadanya oleh Produser dan sutradaranya.
Atau mungkin karena Produser dan sutradaranya emang ga ngerti bagaimana cara membuat film Dragonball yang Baik sehingga tidak bisa menggunakan budget yang sangat sedikit itu dengan cara yang tepat.
Mungkin dengan budget 50juta dolar amrik itu  sangatlah sedikit untuk membuat sebuah film yang penuh dengan action dan kecanggihan teknologi, namun beberapa film bisa membuktikan dengan budget yang rendah pun masih bisa mendapatkan keuntungan namun.
Contohnya adalah seperti film District 9 [2009] yang bahkan budgetnya Cuma 30juta dolar amrik, tapi bisa memberikan keuntungan sampai 7 kali lipatnya.

Atau Mungkin karena Manga Dragonball memang terlalu Sulit (bahkan mungkin mustahil) untuk di adaptasi dalam Film Live-Action.

Sebenarnya tidak juga...
dengan kekecewaan terhadap film live Action Dragonball yang sudah ada, beberapa pengemar Dragonball mencoba membuat film pendek live-actionya (Fan Made Movie) yang bahkan dinilai lebih baik dibanding Film live-action komersilnya yang pernah dibuat.


Video dan Trailernya silahkan liat disini :

Dragon Ball Z: Light of Hope
Dragon Ball Z: The Fall of Men
DragonBall Z Saiyan Saga
dengan modal pas-pasan, film buatan penggemar tersebut berusaha menampilkan cerita dragonball yang lebih realistis walaupun masih terlihat sangat amatir dan banyak kekurangan, namun usaha mereka sudah bisa untuk diacungi jempol dah...

Lalu.....
Mengapa Manga Dragonball terlalu sulit untuk diadaptasi menjadi sebuah Film Live-Action?

Ya....., banyak faktor sehingga Manga Dragonball terlalu sulit untuk diadaptasi menjadi sebuah Film Live-Action.
Untuk segi Cerita mungkin bisa dimaklumi, tapi faktor yang paling utama adalah Visualisasi, Terutama untuk Tokoh Utamanya Son Goku  dengan Model Rambutnya yang ikonik :D

Tapi...
Apakah Manga Dragonball masih mungkin diadaptasi menjadi sebuah Film Live-Action (yang baik dan bermutu)?

Jawabannya bisa Ya...bisa Tidak.
Karena semuanya akan berpulang kepada penontonnya, apakah dapat menerima atau malah mencerca seperti film sebelumnya
Yang dapat dilakukan hanyalah mencoba peruntungan memalui imajinasi dan kreatifitas, serta usaha dan Doa :D

Dan....
Bagaimanakah caranya membuat film adaptasi Manga Dragonball yang baik dan bermutu?

Mungkin yang paling utama adalah Niat..... :D
Selanjutnya harus memilih Sutradara, produser dan para pemerannya yang tepat, tidak lupa disokong dengan biaya produksi yang memadai.

Yang jadi masalah adalah : dibuat dalam versi apa?
Apakah versi Jepang, China, korea, Hollywood atau Bollywood? Atau mungkin versi indonesia? :D

Atau mungkin dapat mengkombinasikan antara Hollywood dan Jepang.
Sutradaranya Hollywood, porsi pemainnya dapat disesuaikan dengan tokoh animenya. Bisa dari amrik ataupun asia, mungkin juga ada Indonesianya biar Cuma cameo doang beberapa detik  (#mengingat kembali peran iko uwais di starwars :D)

It doesn’t matter, karena poin utamanya adalah Sutradara, produser dan para pemeran yang tepat.

Sebagai perbandingan dengan film dari adaptasi manga lainnya,
Rorouni Kenshin (2012) tetap terlihat bagus dengan versi Jepang, ya..... mungkin karena setting ceritanya mengangkat budaya jepang, namun untuk ukuran film jepang, Rurouni kenshin menjadi contoh terbaik adaptasi live action.
Edge Of Tomorrow (2014) yang merupakan Film Hollywood adaptasi dari novel manga “All You Need is Kill” pun sudah membuktikan bahwa Anime/manga pun dapat diadaptasi dengan baik dalam versi Hollywood.

Namun Pemilihan Pemain dan sutradara yang tepat tidaklah cukup.
Problem berikutnya adalah... Visualisasi dan Ceritanya

Visualisi
Dari segi Visulisasi, bagi insan perfilman era sekarang (apalagi Hollywood), visualisasi bukanlah perkara yang sulit, dengan make up artis yang handal maupun bantuan CGI, semuanya dapat terlihat dengan sangat real.
Lihat saja bagaimana robot-robot di film transformers di terlihat nyata, atau bagaimana Kostum dan Mobilnya Batman di film Dark Knigth-nya om Nolan yang dibuat dengan cara yang realistis.

Tapi bagaimana dengan model rambut Goku?
Ya....
Hal yang paling tersulit dalam membuat adaptasi Dragonball, tidak lain dan tidak bukan adalah model rambut Son goku.
Untuk versi Manga, model rambut tersebut terlihat berbeda dan sangat ikonik bagi karakter goku, tidak ada karakter anime/manga yang dapat menyamainya ataupun menirunya :D.
Tapi justru keunikan tersebutlah yang membuat karakter goku ini sulit untuk diadaptasi menjadi bentuk manusia.
Andaipun ada yang dapat menirunya, ujung-ujungnya justru terlihat lucu dan lebay.

Namun begitu,  masih ada beberapa yang berusaha sekuat tenaga untuk menirunya dan  bisa dibilang cukup mendekati walaupun masih tetap terlihat Lucu dan lebay :
untuk meniru model rambut Goku sebenarnya bukanlah perkara Sulit, hanya saja banyak hal yang menjadi pertimbangan dari sisi realistisnya, apalagi dengan model rambut goku yang lain daripada yang lain.
Karena bila harus dibuat sama persis dengan komiknya, akan ada hal yang terasa aneh...
“Emangnya Goku harus selalu bawa Hair Spray biar rambutnya bisa mengeras terus”

Tapi bila akan di adaptasi dalam versi Film Live Action,”Mungkin” model rambut goku yang ikonik itu perlu sedikit pengecualian dengan hanya meniru beberapa model rambut yang mendekati yang dapat diterima dan lebih Wajar.
Ya.., karena mau dibuat film yang realistik, maka harap dimaklumi juga untuk rambutnya...

Lalu......
Seperti apa contoh model rambut Goku yang pantas dijadikan Film Live Action
Karena filmnya mau dibuat realstis, maka model rambutnya juga harus yang wajar.

Pendapat saya, model Rambut seperti aktor Jon Foo di film Tekken cukup mewakili, (dan itu alasannya saya menjadikan sample desain goku menggunakan wajah  Jon foo).

Bahkan wajah sang aktorpun cukup untuk mewakili karakter goku..., hanya saja saat ini dia sudah terlalu tua untuk memeankan Goku.

Dan sebagai alternatif, Mungkin gaya rambut yang sedikit mendekati adalah gaya potongan Messy (Bukan Messi pemain bola ya...) , seperti beberapa contoh model rambut ini bisa menjadi acuannya.


Bagaimana dengan Kostumnya? 
Seperti halnya model rambut Goku, Kostum Goku pun sangat ikonik, terlihat simple seperti kostum para pendekar-pendekar china.
Terlihat begitu Oldstyle, hanya saja karena dalam bentuk animasi, jadi terlihat keren.
dan bila harus di terapkan kedunia nyata dengan dibuat sama persis seperti manganya, pasti akan terlihat jadul.
Belum lagi sepatunya yang oldstyle abis.

Namun untuk era sekarang, membuat kostum yang realistik bukanlah hal yang sulit, contohnya film Batman, yang versi animasi berbentuk seperti spandeks bisa dibuat menjadi berbentuk seperi rompi Armor.
Kostum Goku mungkin hanya butuh sedikit inovasi, banyak contoh yang bisa dijadikan referensi.
Dan berikut hasil corat-coret dari saya dalam mebuat concept art Goku.

Cerita
Dragonball-Evolution menjadi film yang gagal karena melenceng jauh dari kisah Aslinya, mungkin karena terlalu sulit untuk mengambil jalan ceritanya sesuai dengan versi originalnya, karena Dragonball sendiri mempunyai Seri original (DragonBall & Dragonball Z) yang panjang, selain itu masih ada juga cerita sampingan dalam bentuk Film animasi.

Cerita yang manakah yang pantas di adaptasi?
untuk menjadikan sebuah Film Live-Action yang baik maka sebaiknya pula mengadaptasi dari versi originalnya, karena bisa saja ceritanya akan diperluas menjadi Sekuel- sekuel berikutnya ataupun Spin off (kisah sampingan) sehingga Dragonball pun punya Universe sendiri.

Seberapa banyak Filmnya?
Ambil contoh film Harry Potter yang dibuat sequelnya sampai 8 seri dan tetap mengikuti alur dari novelnya (walau ada juga perubahannya)

dragonball pun seharusnya bisa.

Ya....., seri manga Dragonball mempunyai seri yang panjang (42 episode), namun ke 42 episode tersebut terbagi menjadi beberapa Arc, yaitu : Goku Arc, Red Ribbon Army arc, Picollo Arc, Saiyan Arc, Frieza arc, Cell Saga arc dan Buu Saga Arc.
Sehingga pembagian Filmnya bisa berdasarkan Arc-nya, dan bisa mempunyai kemungkinan untuk dibuatkan Spin-off nya.

Bagaimana dengan plot Ceritanya? Apakah harus sama persis dengan manganya?
Hal ini pun yang harus di maklumi, tetapi tidak berarti merubah total seluruh ceritanya.

Berbeda dengan manga, Komik amerika terlalu mudah untuk di adaptasi ke dunia layar lebar versi manusia, karena Komik amerika (terutama superhero) mempunyai jalan cerita yang tidak konstan dan memiliki versi yang banyak, sehingga sah-sah saja membuat versi Live-Actionnya dengan jalan cerita yang berbeda.

Tapi bukan berarti manga tidak bisa melakukannya. Mungkin hanya perlu sedikit penyesuaian yang dapat dimaklumi, sebagai contoh lagi film Rorouni kenshin (2012) yang memiliki perbedaan dengan versi Manganya.
Demikian juga dengan Cerita DragonBall, karena Dragonball termasuk dalam kategori manga Shounen dengan cerita yang ringan (gak perlu mikir keras), maka perlu sedikit penyesuaian agar dapat diterima oleh penonton bioskop.
Bahkan penyesuaian tersebut sudah pernah dilakukan dalam versi film animasi pertamanya Dragon Ball: Curse of the Blood Rubies/ Dragon Ball: The Legend of Shenron (1986). Tapi jangan juga penyesuaiannya seekstrim Dragon ball : Evolution (2009) yang akhirnya kebablasan dan gagal total.

Yang utama adalah menjaga seluruh karakter termasuk karakter pendukung dan antagonisnya pada porsi yang tepat, perubahan hanya cukup dilakukan pada alur cerita agar dapat menciptakan ketegangan serta twist dalam filmnya.

Bersetting dimana Filmnya?
Seperti kalimat pembuka dalam Komiknya :
“Zaman dahulu disuatu desa ada sebuah gunung, dari ibu kota terhitung kira-kira 1000kilo, tempat seperti itu adalah dongeng pemberian tuhan dan selekas mungkin dimulai”.
Kalimat tersebut terlalu ambigu untuk bisa disimpulkan dimanakah dunia Dragonball tersebut bersetting.
dibilang zaman dahulu tapi ada robot dan peralatan super canggih, di bilang jaman sekarang tapi ada dinosaurusnya, sudah gitu adapula dewa-dewa serta hewan yang dapat berbicara, Apakah dragonball terjadi di dunia sebenarnya atau dunia fantasi antah berantah. :bingungs

Untuk cerita fiksi di dunia antah berantah sudah sering diterapkan,  seperti dunia fiksi dalam Manga Naruto atau animasi Avatar : Legend of Aang,
Bahkan film Starwars pun bukan bersetting di dunia Sebenarnya kan.

Yang jadi masalah adalah bagaimana bila diadaptasi dalam Film?
Option utama, dapat tetap mengacu bahwa dunia dragonball terjadi pada dunia fantasi antah berantah sehinga eksistensi Dinosaurus, hewan yang dapat berbicara, dunia dewa dan sebagainya, menjadi wajar dan tidak perlu dijabarkan.
Anggap saja seperti menonton Chronicle of narnia atau Golden Compass tapi bersetting dunia masa depan.

Dan Sebagai Opsi alternatif, dunia dragonball dapat di setting di dunia sebenarnya untuk tetap memberi kesan lebih real, asalkan tidak merubah esensi utama dari cerita dragonball itu sendiri.

Untuk membuatnya lebih real, mungkin kisah  Dragonball disetting terjadi dimasa yang akan datang (anggap saja 200 tahun dari sekarang), rentan waktu tersebut membuat banyak hal sudah terjadi di dunia ini, adanya Extraterrestrials (mahluk planet lain), Dewa & Guardian, Iblis, mahluk supranatural, metahuman, penyihir serta munculnya hal-hal yang berbau science fiction seperti manusia Mutant, teknologi teleportase, pembesaran dan pengecilan benda, robot dan cyborg, tekhnologi cloning DNA, mesin waktu dan lain-lain.

ketika kita membicarakan semua hal tersebut, mungkin anda bisa membayangkan ketika Superman, Thor, Hellboy, Iron man, Hulk, X men, Star Trek, Jurrasic Park, Teenage Mutant Ninja Turtles, Terminator, Rise of the Planet of the Apes dan Wolfman di jadikan menjadi satu Film.

[B]Lalu, bagaimana cara menyesuaikan Dunianya itu dalam sebuah film? [/B]
Bukanlah hal sulit untuk menyatukan beberapa genre film dalam 1 Frame.
Avengers sudah melakukannya kan?
Ironman dengan Science Fictionnya, Thor Dengan Mythologinya, Antman dengan nano teknologinya, Captain America & Hulk dengan Rekyasa genetikanya, Quicksilver& Scarlet Witch dengan Metahumannya,  Thanos dengan dunia Aliennya, Vision dengan teknologi Androidnya,  bahkan kedepannya Film Avengers akan menampilkan Dr. Stranger dengan supranaturalnya.

Dragon Ball more than That, bahkan lebih Komplit lagi, hanya saja beberapa elemen yang harus disesuaikan, seperti keberadaan Binatang yang dapat berbicara , Manusia dengan Keanehan tubuh (Unusual Human), Manusia bumi yang mempunyai Kekuatan ataupun Dinosaurus


Lalu bagaimana cara menjelaskannya?

Binatang yang dapat berbicara & Manusia dengan Keanehan tubuh
Penyesuaian yang paling logis untuk menggambarkan asal-usul dari Binatang yang dapat berbicara (mempunyai kombinasi tubuh seperti manusia) dan Manusia dengan Keanehan tubuh adalah “MUTANT”

dan Mutant pun bisa dikategorikan menjadi beberapa kondisi:
Mutant karena Rekayasa genetika seperti Film “TMNT” & “Rise of the Planet of The earth”
Contahnya adalah : King Furry, dan Captain Yellow.
Mutant Karena bawaan Lahir (Metahuman) seperti film “X-men.”
Contahnya adalah : Tien shinhan, Emperor pilaf dan Chiaotzu
Bahkan mungkin ada juga kombinasi antara Mutant dan Metahuman
seperti oolong yang mampu merubah diri layaknya mistique, atau Monster Carrot yang bisa merubah suatu benda.

Dinasaurus.
Contoh yang paling Nyata adalah Film Jurrasic park. :)
Gak perlu dibahas lagi.

Capsule Corps
Karena settingnya dimasa depan, maka Teknologi Capsule Corps menjadi wajar, terutama adalah teknologi penyusutan dan pembesaran benda.
Film Ant-man sudah meberikan contohnya kan...  

Bagaimana Penyajiannya?
Tidak perlu harus seserius Film The Dark Knight, sebrutal film Deadpool, tetapi tidak juga harus sekedarnya  seperti film TMNT ataupun Transformers.
Paling tidak filmnya tetap dapat dinikmati oleh segala umur, seperti film Avengers dan Guardian of the Galaxy yang penyajiannya di bumbui dengan Komedi-komedi satir.

Bagaimana dengan Biaya produksinya?
Mungkin inilah faktor penentu yang menjadikan pembuatan Film live-action Dragonball sulit untuk di realisasikan, karena bisa jadi jika di buat akan seperti berjudi, Apakah balik modal dan untung atau malah Flop (merugi), Apalagi bila menggunakan anggaran yang cukup besar sampai melebihi 100juta dollar.
Dan Bila menggunakan budget sedikit (kisaran 50juta U.S Dollar), apakah bisa menjadikan filmnya menjadi film berkualitas?

Sebenarnya banyak film yang bisa dijadikan referensi bahwa film dengan anggaran rendahpun masih bisa menghasilkan keuntungan berlipat ganda.
District 9 (2009), biaya produksi 30 juta dolar amrik, keuntungannya 210juta dolar amrik.
Deadpool(2016), biaya produksi 58 juta dolar amrik, keuntungannya 782juta dolar amrik.

Film-film tersebutlah yang bisa dijadikan contoh bagi film Dragonball, apalagi bila sifatnya untuk gambling, dengan biaya kurang dari 50juta dolar amrik pun masih bisa direalisasikan.
Atau bila perlu cukup dibuatkan test Footage (Cuplikan tes).
Film  Deadpool sebelum di produksi pun melakukan percobaan dengan Test footage untuk melihat animo masyarakat. Dan reaksi positif dari penggemarnya yang membuat Film Deadpool di produksi.

Dragon Ball seharusnya bisa melakukannya juga, cukup membuat Test Footage dahulu untuk melihat animo masyarakat, bahkan dengan adanya Fan-made yang bersliweran di dunia maya pun sudah bisa dijadikan acuannya.
Dan bila ada rekasi positif, Dragonball pun dapat di wujudkan, biaya rendah bukan penghalang, yang penting filmnya diarahkan dengan tepat.

Demikianlah sebuah ide dari ane sebagai seorang yang sedikit maniak dengan film dan Sok kritis akan perkembangan dunia perFilman.

Tapi semoga saja ada seseorang disana yang benar-benar ingin mewujudkan sebuah film Dragonball yang bermutu.